Hola readers!
Today was an awful day. Read the short story of my day, HERE
[interviewer DOs and DON'Ts]
Courtesy of Google |
LET'S GET THIS BEGIN!
#1 Kemampuan membina rapport (ability to establish rapport)
Rapport adalah kondisi lingkungan yang bersifat hangat, nyaman yang dibentuk oleh interviewer. Rapport juga dapat didefinisikan sebagai hubungan yang mendorong klien untuk mencurahkan isi hatinya dengan bebas, apapun topiknya, yang masih berhubungan dengan tujuan interview yang dilakukan. Bentuknya dapat berupa jabatan tangan, senyuman, dan sambutan yang bersahabat.
It's not too difficult to be genuinely kind to others, especially if it's your client who need your help, anyway.
Respon empati akan membuat klien tahu dan sadar bahwa interviewer/psikolog memahami, menerima, dan meyakinkan kata-katanya dan 'dunianya', tanpa membuat judgement terhadapnya. Masih berhubungan dengan poin pertama, kesuksesan empati tergantung sepenuhnya dari kualitas pembinaan rapport di awal sesi.
#3 Attending behavior
Kunci utama dari attending behavior adalah mengurangi porsi berbicara sebagai interviewer, dan memberikan klien waktu untuk menceritakan tentang diri mereka. Fokus dari proses interviewing adalah klien/interviewee. Empati juga dapat ditunjukkan dengan keadaan hening namun tetap dalam sikap empati nonverbal seperti kontak mata, tonasi suara yang lembut dan hangat, dan body language yang penuh perhatian.
The logic: We can't hear while we're talking, don't we?
#4 Questioning technique
Ada dua (2) jenis pertanyaan: open-ended question, dan close-ended question.
Open-ended question lebih efektif apabila dilakukan di awal sesi, sehingga informasi yang keluar dari klien akan semakin kaya. Salah satu contoh dari open-ended question adalah: "Apa yang bisa saya bantu?" (I honestly freaking love hearing/saying this question. It melts my heart, seriously)
Sedangkan jenis kedua, close-ended question adalah pertanyaan yang sifatnya merujuk ke jawaban tertentu, dan biasanya lebih efektif apabila diberikan di akhir-akhir sesi interview, ketika interviewer/psikolog akan mengambil keputusan.
#5 Observation skills
Keterampilan observasi mencakup area-area: perilaku nonverbal (seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh), perilaku verbal (seperti pencatatan key words), dan konflik, diskrepansi, dan inkongruensi (antara perilaku verbal dan nonverbal klien, misalnya karena perasaan tidak nyaman, dll).
#6 Active listening skills
Mendorong klien untuk melanjutkan pembahasannya dengan gerakan nonverbal seperti anggukan, melakukan reflection of content and feelings sehingga klien mengetahui bahwa interviewer/psikolog mendengarkan ceritanya, dan melakukan pembuatan ringkasan mengenai cerita yang sedari tadi klien ucapkan.
PLEASE NOTE: The following content may be unsuitable for professional, and/or beginner interviewers, for any reasons, for the clients' sake.
After all the DOs, now I wish you to welcome the DON'Ts as an interviewer, such as:
Jangan memaksa klien. Akibat yang bisa ditimbulkan adalah klien merasa terganggu dan kehilangan kepercayaan klien terhadap interviewer.
#2 Interrogating the client
Jumlah pertanyaan yang banyak dan panjang akan membuat klien merasa ditekan dan diinterogasi, yang kemudian akan membuat klien takut dan malah menyembunyikan informasi penting yang seharusnya didapatkan. No no, don't do it, pretty please? :)
#3 Controlling client explores
Pertanyaan yang terus menerus ditanyakan akan membuat klien tidak mampu mencurahkan isi hatinya yang sesungguhnya.
#4 Using 'why' questions
Sebisa mungkin, hindari pemakaian kata 'mengapa'. Kata 'mengapa' akan membuat klien berpikir dan mencari rasionalisasi, sedangkan yang kita butuhkan adalah ungkapan dari hatinya.
#5 Satisfying interviewer's need
Jangan pula bertanya hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu interviewer, karena akan memunculkan rasa takut dan terganggu.
Well, that's all for this blogpost. Until
Cheerio!
No comments:
Post a Comment